May 3, 2024

Agresi Militer Belanda II

Pada 19 Desember 1948, Indonesia dihadapkan pada salah satu momen paling kritis dalam sejarahnya: Agresi Militer Belanda II. Tindakan agresif Belanda ini tidak hanya merupakan serangan fisik, tetapi juga mencerminkan pertarungan antara cita-cita kemerdekaan Indonesia dan kepentingan kolonial Belanda yang terus berusaha mempertahankan kendalinya di wilayah Nusantara.

Latar Belakang

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Belanda menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia dan berusaha merebut kembali kendali atas bekas jajahannya. Konflik antara Indonesia dan Belanda mencapai puncaknya pada tahun 1947 dengan pecahnya Perang Kemerdekaan Indonesia yang berlangsung selama empat tahun.

Pada Maret 1948, Pemerintah Belanda di bawah pimpinan Willem Drees memutuskan untuk melancarkan Agresi Militer Belanda II dengan tujuan menaklukkan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan menempatkan Indonesia kembali di bawah kekuasaan Belanda. Tindakan ini juga didorong oleh keinginan Belanda untuk mengendalikan sumber daya alam yang kaya di wilayah Indonesia.

Peristiwa Penting Selama Agresi

  1. Operasi Pelikaan Agresi dimulai dengan Operasi Pelikaan pada 19 Desember 1948. Pasukan Belanda, dengan dukungan pesawat terbang dan kapal perang, menyerang pelabuhan-pelabuhan di Jawa dan Sumatra. Serangan ini menandai dimulainya fase baru dalam konflik yang telah lama berlangsung.
  2. Perlawanan di Lapangan Meskipun secara militer Indonesia kalah secara teknis, semangat perlawanan rakyat Indonesia tetap tinggi. Gerilyawan dan tentara reguler Indonesia berjuang mati-matian untuk melawan invasi Belanda, meskipun mereka sering kali dalam kekurangan persenjataan dan persediaan.
  3. Diplomasi dan Tekanan Internasional Di tengah-tengah Agresi Militer Belanda II, tekanan internasional meningkat terhadap Belanda. Banyak negara dan organisasi internasional mengecam tindakan agresif Belanda dan menuntut agar mereka menarik mundur pasukannya dari Indonesia.
  4. Konsekuensi Kemanusiaan Konflik ini menyebabkan penderitaan yang besar bagi penduduk Indonesia. Ribuan orang tewas, baik secara langsung dalam pertempuran maupun akibat kelaparan dan penyakit yang menyebar akibat ketidakstabilan politik dan ekonomi yang disebabkan oleh konflik.

Akhir Agresi dan Dampaknya

Agresi Militer Belanda II berlangsung hingga 5 Januari 1949, ketika gencatan senjata diumumkan. Meskipun secara resmi Belanda memperoleh kemenangan militer. Tekanan internasional dan biaya politik serta ekonomi yang tinggi membuat mereka harus menarik mundur pasukannya. Hal ini membuka jalan bagi perundingan antara Belanda dan Indonesia yang akhirnya menghasilkan Perjanjian Roem-Royen pada 7 Mei 1949, di mana Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Indonesia.

Namun, Agresi Militer Belanda II meninggalkan luka yang mendalam dalam sejarah Indonesia. Selain kerugian jiwa dan harta benda. Konflik ini juga memperburuk hubungan antara kedua negara dan membawa dampak jangka panjang terhadap politik, ekonomi, dan sosial Indonesia.

Sejarah Agresi Militer Belanda II mengingatkan kita akan pentingnya perdamaian, dialog, dan penghargaan terhadap kedaulatan suatu negara. Konflik bersenjata jarang membawa solusi jangka panjang. Sementara kerjasama dan diplomasi sering kali lebih produktif dalam mencapai tujuan yang adil dan berkelanjutan.

Baca Juga : Agresi Militer I Indonesia

Share: Facebook Twitter Linkedin